6 DALANG HIMA JURUSAN PEDALANGAN GELAR LAKON PASAR ANYAR NGASTINA DI PENDAPA KYAI PANJANGMAS ISI YOGYAKARTA

6 DALANG HIMA JURUSAN PEDALANGAN GELAR LAKON PASAR ANYAR NGASTINA DI PENDAPA KYAI PANJANGMAS ISI YOGYAKARTA

HIMA (Himpunan Mahasiswa) Jurusan Pedalangan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta kembali menggelar Wayangan Minggu Ketiga (WAMIGA). WAMIGA kali ini dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2025, pukul 20.00 WIB sampai selesai, di Pendapa Kyai Panjangmas Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Acara diawali dengan uyon-uyon oleh karawitan HIMA Jurusan Pedalangan bekerjasama dengan HIMA Karawitan. Acara dilanjutkan sambutan-sambutan. Sambutan pertama oleh ketua HIMA Pedalangan, M. Bagus Irawan disambung sambutan oleh Prof. Dr. Junaidi, S. Kar., M.Hum sebagai wakil Jurusan Pedalangan. Prof. Junaidi menyampaikan bahwa acara ini diharapkan mampu menjadi wadah bagi mahasiswa pedalangan untuk belajar mengenai banyak hal. Mulai dari belajar manajemen pertunjukan, menumbuhkan mental, belajar kritis, dan diharapkan adaptif terhadap perkembangan dunia pewayangan saat ini.


Pergelaran wayang kali ini menampilkan pertunjukan wayang kulit gaya Yogyakarta dengan enam dalang. Tiga dalang pertama yang tampil adalah Ryan Yuniar, Naufal Afifais M., dan Yoga Pamula. Pada sesi kedua ada Ade Roy Suprayogi, Conan Ricky Gunawan, dan M. Irkham Zakcy. Adapun lakon yang dibawakan berjudul “Pasar Anyar Ngastina”.

Lakon Pasar Anyar Ngastina menceritakan Prabu Desarastra membuat pasar anyar untuk memancing kemunculan para Pandawa yang hilang setelah lakon lenga tala. Keramaian pasar anyar tersebut menarik banyak orang berdatangan, tetapi Pandawa belum juga terlihat.

Bersamaan dengan dibuatnya pasar, muncul dua peristiwa tidak lazim di Negeri Hastinapura. Pertistiwa pertama adalah munculnya gangsingan tembaga sebesar satu rangkulan orang dewasa di perbatasan Tegal Kurusetra. Peristiwa kedua adalah munculnya tugu tiban di pasar anyar. Dari dalam tugu tersebut kemudian muncul tiga raksasa yang membuat kerusuhan di pasar. Prabu Destarastra kemudian memerintahkan Raden Kurupati memindahkan gangsingan. Sedangkan Prabu Destarastra sendiri akan meredam amukan raksasa di pasar anyar. Prabu Destarastra segera menuju pasar anyar. Para raksasa yang melihat kedatangan Prabu Destarastra menjadi takut dan segera masuk ke dalam tugu tiban. Ketiga raksasa tersebut takut karena para raksasa tahu bahwa Prabu Destarastra memiliki aji lebur sekethi. Sementara itu, Raden Kurupati, Kurawa, dan Pendita Durna telah sampai di tepis wiring Kurusetra. Raden Kurupati bersama Raden Dursasana pun berusaha memindahkan gangsingan, namun tidak berhasil. Raden Kurupati lalu pulang ke istana dan berencana membuat laporan palsu bahwa ia telah berhasil memindahkan gangsingan.

Setelah kepergian Raden Kurupati, tiba-tiba muncul manusia bertubuh kerdil bernama Bondhan Paksa Jandhu. Meskipun tubuhnya kecil, ia sangat sakti dan kuat. Bondhan Paksa Jandhu lalu mengangkat gangsingan tembaga dan memainkannya. Gangsingan pun dimainkan dan berjalan mengarah ke pasar anyar Ngastina.

Sementara itu, berita mengenai dibangunnya pasar anyar tersebar ke seluruh penjuru negeri bahkan sampai mancanegara. Berita tersebut menarik perhatian Permadi dan Dewi Jembawati. Bahkan, Raden Kakrasana, Raden Narayana, Dewi Bratajaya, Raden Setyaki, dan Udawa yang berasal dari mancanegara juga tertarik datang. Diceritakan, mereka semua pergi ke pasar anyar. Permadi dan Dewi Jembawati setelah sampai di pasar anyar, mereka berjualan kain. Dewi Bratajaya yang juga telah sampai pasar tertarik dengan kain yang dijual Permadi. Saat sedang bertransaksi, tiba-tiba muncul angin besar yang disebabkan oleh putaran gangsingan. Angin tersebut menerbangkan semua yang ada di pasar termasuk para pengunjungnya. Permadi kemudian terpental bersama Dewi Bratajaya, sedangkan Dewi Jembawati terpental bersama Raden Narayana.

Bondhan Paksa Jandhu pun tiba di pasar. Tiga raksasa yang merasa terusik oleh angin ribut kembali muncul. Ketiga raksasa lalu menyerang Bondhan Paksa Jandu secara bersamaan. Bondhan Paksa Jandhu dikeroyok sampai terpojok di tugu tiban. Saat Bondhan Paksa Jandhu digencet oleh tiga raksasa di tugu tiban. Tiba-tiba tugu pecah dan terjadi peristiwa ajaib. Bondhan Paksa Jandhu berubah menjadi Raden Bratasena, tiga raksasa berubah menjadi Dewa Indra, Dewa Brama, dan Dewa Bayu. Setelah ketiga dewa menyapa Bratasena dan memastikan keselamatan Raden Bratasena, para Dewa kembali ke Kahyangan. Cerita diakhiri dengan amukan para Kurawa kepada Raden Bratasena karena tidak terima atas kerusakan pasar anyar Ngastina. Raden Bratasena lalu dibantu Raden Gandamana dan Raden Setyaki melawan Kurawa. Pertarungan akhirnya dimenangkan Raden Bratasena. Tancep Kayon.

Cari
Kategori

Bagikan postingan ini

id_IDID